Kampung Adat Mahmud
Kampung Adat Mahmud adalah satu diantara beberapa kampung adat yang ada di Kabupaten Bandung. Masyarakat di sana masih menjunjung tinggi kearifan lokal sehingga hidup bersahaja dalam wilayah adat. Walaupun beberapa sudah mulai menerima ptoses modernisasi, orang-orang yang hidup di kampung di tepian Sungai Citarum lama itu pada umumnya masih memelihara dan melaksanakan wasiat leluhur yang mendirikan kampung mereka.
Kampung Mahmud didirikan pada abad ke-15 Masehi oleh Embah Eyang Abdul Manaf. Dia adalah keturunan dari Sunan Gunung Jati, satu-satunya wali songo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Menurut cerita, kampung adat tersebut berasal dari sekepal tanah yang diambil Eyang Abdul Manaf ketika berhaji ke Kota Mekah. Ia mendapat ilham saat berdoa di Gubah Mahmud, sebuah tempat di dekat Masjidilharom. Seketika setelah mendapat ilham, diambillah segenggam tanah dari tempatnya berdoa dan kemudian dibawa pulang ke bumi Pasundan. Sekepal tanah dari tempat suci umat islam itu kemudian diletakkan di sisi Sungai Citarum dengan disertai doa-doa. Seiring berjalannya waktu, berdirilah sebuah kampung yang sarat dengan rumah-rumah penduduk di sekitar tempat dari segenggam tanah yang diletakkan itu. Kampung tersebut selanjutnya diberi nama Kampung Mahmud dengan ciri denah bangunan-bangunannya yang membentuk huruf L.
Masyarakat di Kampung Mahmud dahulu mendirikan rumah-rumah secara berjajar berhadap-hadapan dipisahkan jalan-jalan kecil. Rumah-rumah itu berupa rumah panggung yang berdindingkan bilik. Bentuk rumah demikian merupakan salah satu pakem adat yang harus dipatuhi warganya. Selain itu terdapat sebuah balai yang berfungsi untuk tempat pengajian, tempat menerima tamu, dan tempat pertemuan musyawarah masyarakat. Kearifan lokal untuk membuat rumah panggung menjadi sangat logis mengingat tanah di sana tak stabil. Daerah di sana dahulu merupakan sebuah delta Sungai Citarum yang tanahnya berupa tanah rawa.
Kampung Mahmud memiliki keajaiban yang dapat disaksikan sampai saat ini adalah tanahnya yang seolah anti banjir. Tanah Kampung Mahmud sampai saat ini tak pernah sekali pun dilanda banjir walaupun berada dekat dengan wilayah aliran sungai. Permukaan Sungai Citarum yang terkenal sering mengganas ketika musim hujan nyatanya tidak pernah menyentuh Kampung Mahmud.
Garry Gumelar Pratama, Harian Umum Pikiran Rakyat.
1. Abad ke-15 (1401-1500).
2. Sunan Gunung Jati.
3. Embah Eyang Abdul Manaf.