Minggu, 26 Agustus 2012

Kampung Adat Mahmud

Kampung Adat Mahmud adalah satu diantara beberapa kampung adat yang ada di Kabupaten Bandung. Masyarakat di sana masih menjunjung tinggi kearifan lokal sehingga hidup bersahaja dalam wilayah adat. Walaupun beberapa sudah mulai menerima ptoses modernisasi, orang-orang yang hidup di kampung di tepian Sungai Citarum lama itu pada umumnya masih memelihara dan melaksanakan wasiat leluhur yang mendirikan kampung mereka.

Kampung Mahmud didirikan pada abad ke-15 Masehi oleh Embah Eyang Abdul Manaf. Dia adalah keturunan dari Sunan Gunung Jati, satu-satunya wali songo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Menurut cerita, kampung adat tersebut berasal dari sekepal tanah yang diambil Eyang Abdul Manaf ketika berhaji ke Kota Mekah. Ia mendapat ilham saat berdoa di Gubah Mahmud, sebuah tempat di dekat Masjidilharom. Seketika setelah mendapat ilham, diambillah segenggam tanah dari tempatnya berdoa dan kemudian dibawa pulang ke bumi Pasundan. Sekepal tanah dari tempat suci umat islam itu kemudian diletakkan di sisi Sungai Citarum dengan disertai doa-doa. Seiring berjalannya waktu, berdirilah sebuah kampung yang sarat dengan rumah-rumah penduduk di sekitar tempat dari segenggam tanah yang diletakkan itu. Kampung tersebut selanjutnya diberi nama Kampung Mahmud dengan ciri denah bangunan-bangunannya yang membentuk huruf L.

Masyarakat di Kampung Mahmud dahulu mendirikan rumah-rumah secara berjajar berhadap-hadapan dipisahkan jalan-jalan kecil. Rumah-rumah itu berupa rumah panggung yang berdindingkan bilik. Bentuk rumah demikian merupakan salah satu pakem adat yang harus dipatuhi warganya. Selain itu terdapat sebuah balai yang berfungsi untuk tempat pengajian, tempat menerima tamu, dan tempat pertemuan musyawarah masyarakat. Kearifan lokal untuk membuat rumah panggung menjadi sangat logis mengingat tanah di sana tak stabil. Daerah di sana dahulu merupakan sebuah delta Sungai Citarum yang tanahnya berupa tanah rawa.

Kampung Mahmud memiliki keajaiban yang dapat disaksikan sampai saat ini adalah tanahnya yang seolah anti banjir. Tanah Kampung Mahmud sampai saat ini tak pernah sekali pun dilanda banjir walaupun berada dekat dengan wilayah aliran sungai. Permukaan Sungai Citarum yang terkenal sering mengganas ketika musim hujan nyatanya tidak pernah menyentuh Kampung Mahmud.
Garry Gumelar Pratama, Harian Umum Pikiran Rakyat.

1. Abad ke-15 (1401-1500).
2. Sunan Gunung Jati.
3. Embah Eyang Abdul Manaf.



Sabtu, 18 Agustus 2012

Liputan6.com :: Citizen6 - Indonesia Budayakan Menulis di Nusantara

Liputan6.com :: Citizen6 - Indonesia Budayakan Menulis di Nusantara

Kamis, 09 Agustus 2012

Buah Pisang

Pisang adalah makanan favorit karena mudah diperoleh, murah, dan kaya vitamin yang kaya bagi tubuh. Setelah nasi, gandum, dan jagung, pisang juga menjadi makanan yang paling banyak dikonsumsi di dunia.

Mengapa pisang menjadi matang?
Keberadaanhormon etilen berperan membuat buah pisang menjadi matang. Etilen menyebabkan gen-gen lain yang terlibat pada pematangan buah bekerja dan menghasilkan perubahan pada buah, meliputi perubahan warna, tekstur, aroma, dan rasa.

Pisang adalah buah yang harus mendapatkan perlakuan khusus, yaitu perlakuan sebelum panen hingga pasca panen, faktor distribusi, penanganan produk, hingga dipajang di super market. Pengaturan suhu tidak bisa dikenakan pada buah pisang karena justru akan merusak, pisang tidak boleh lebam atau kulitnya tergores karena proses pematangan akan berlangsung cepat. Etilen pun bergerak layaknya gas, jika di satu tempat ada pisang yang busuk, itu akan menyebabkan pisang lain cepat matang dari seharusnya.

Indonesia merupakan negara yang kaya ragam jenis pisang, dan sebagai penghasil pisang yang dominan di Asia, bahkan Dunia. Indonesia punya daya saing dalam sumber daya hayati.

Senin, 06 Agustus 2012

Tolak Kembalinya Komunisme di Indonesia

Sejumlah elemen masyarakat menyatakan menolak kembalinya komunisme di Indonesia. Penolakan ini mereka sampaikan dalam acara deklarasi menolak komunisme di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung.

Deklarasi ini dihadiri dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan dan Dewan Pertimbangan DHD, Badan Pembudayaan Kejuangan 45 Jabar, Pepabri, PPAD, PPAL, PPAU, PPPolri, LUKI, BPC Siliwangi, PWRI, KNPI, GM FKPPI, KPPI, PPM, AMS, Pemuda Pancasila, Paguyuban Pasundan, MUI, FKUB, FPK, KSPSI, Perip, Piveri, Pasundan Istri, dan Wirawati Catur Panca.

Salah seorang deklarator mengatakan, Bapak Solihin GP, sejumlah elemen masyarakat ini menolak jika ada upaya memaafkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pak Solihin juga tidak setuju dengan pernyataan ketua Mahkamah Konstitusi, Bapak Mahfud MD tentang perlunya diizinkan kembali PKI hidup di Indonesia.

Mantan Gubernur Jabar ini mengatakan pihaknya juga menolak pernyataan Komnas HAM tentang perlunya pengadilan HAM bagi korban HAM pada 1965-1966 (G30S/PKI) yang dilakukan oleh aparat pemerintah.

"Kami merasa terancam dengan upaya kembalinya komunisme. Permintaan maaf itu bukan prestasi tapi membuktikan kelemahan bangsa Indonesia sendiri. Kami menolak komunisme sekaligus meminta pemerintah mengintrospeksi diri",kata pak Solihin seusai penandatanganan deklarasi.

Pak Solihin mengatakan saat ini komunisme muncul secara leluasa karena kelemahan bangsa Indonesia sendiri. Menurut pak Solihin, saat ini Indonesia kembali terancam oleh komunisme yang tengah membentuk kekuatannya kembali.

"Mereka membentuk kekuatan berdasarkan keinginan mereka sendiri. Indikasinya ada pengkaderan yang sedang mereka lakukan, seperti melakukan penetrasi bahkan sampai masuk ke jajaran pemerintahan, segingga kesempatan mereka semakin meningkat, ujar pak Solihin.

Pak Solihin mengutuk ideologi apa pun selain Pancasila tak boleh hidup di Indonesia. "DI/TII atau PKI tidak boleh hidup di Indonesia, mereka harus kita hadapi, jangan dibiarkan", katanya.

Disinggung apakah hal itu tidak berbenturan dengan HAM, terutama terhadap nasib G30S/PKI, menurut pak Solihin, hal itu tidak bisa serta merta menyalahkan pemerintah atas apa yang dulu dilakukannya.

"Itu tidak bisa disalahkan, komunis PKI juga dosanya banyak. Bukan hanya menghilangkan jiwa para jendral pada G30S/PKI, bukan juga secara materi tapi dosa yang mereka lakukan juga secara politis. Mereka merencanakan pembunuhan hingga membentuk dan menguasai negara. Maka harus digagalkan karena paham komunis berakibat patal bagi bangsa ini", ujar pak Solihin GP.

Saya setuju dan menaruh hormat kepada Bapak Solihin GP, mantan Gubernur Jawa Barat atas pernyataan sikapnya yang sangat tegas tentang masalah ini.